Senin, 17 November 2008

7 Minggu Menuju Akhir Kontrak


Hmm... Sebentar lagi waktu itu tiba. 2 tahun berlalu begitu cepat, apalagi kalau hanya melewati 7 minggu. Hari Rabu, 31 Desember 2008 adalah batas akhir waktuku duduk di kursi ini. Bekerja di dalam kantor dengan pekerjaan yang penuh dinamika dan bersama tim yang hebat.
Aku membiarkan memoriku mengadakan flashback perjalanan hidupku sebagai seorang sekretaris eksekutif tim koordinator blok fakultas kedokteran universitas gadjah mada, apa saja manfaat yang kuperoleh dan hikmah yang dapat kuambil, setelah insyaallah aku memberikan kemampuan dan pekerjaan terbaikku. Aku tidak akan mencoba mengingat apalagi mengungkit hal-hal yang tidak menyenangkan, untuk menjaga energi positif dan mood tetap happy.

Jadi inilah hasilnya:

  1. Bos yang sangat inspiring, honestly, it's true...

  2. Kantor yang eksklusif dengan design ruang yang paling apik dan fasilitas yang mencukupi (kecuali kamar mandi dalam he..he..)

  3. Teman-teman sekantor yang kompak: 4 dokter satu angkatan kuliah tapi tidak pernah kenal dekat, disatukan oleh pekerjaan.

  4. Mbak Widya, Mbak Rara, Mbak Citra, Mbak Prima: para pendahulu kami, kakak kelas kami yang dulu terasa begitu jauh, ternyata........

  5. Mbak Yani sang sekretaris yang pekerja keras.

  6. Semakin mengenal internet dan program-program komputer yang belum pernah tersentuh.

  7. Terlibat dalam workshop-workshop yang sering diadakan di hotel, artinya kamar hotel, makanan hotel dan semua fasilitas hotel gratiiss...

  8. Prioritas dalam training-training pendidikan.

  9. Dilibatkan dalam setiap proses perencanaan sampai dengan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan akademik. Dari sini banyak sekali ilmu yang didapatkan yang tidak diajari selama sekolah dan kuliah.

  10. Kenal dan otomatis menjadi dekat dengan para senior yang dulunya adalah para dosenku, artinya semakin mudah mencari rekomendasi untuk melanjutkan langkah karir.

  11. Prioritas beasiswa master dan PhD di luar negeri.

  12. Dekat dengan dunia dosen dan dunia mahasiswa, berada ditengahnya jadi mengerti sebab-akibat peristiwa yang terjadi di dalam dunia pendidikan, sebuah modal penting untuk menjadi pendidik.

  13. Mengenal lebih dekat dengan para karyawan, dari petugas kebersihan, penjaga kantin, satpam sampai petugas administratif semua golongan. Adanya penggolongan pegawai edukatif (dosen) dan non edukatif membuatku belajar banyak tentang kehidupan; baik-buruk, hitam-putih, sebab-akibat.

The most important thing is: I finally found what I'm looking for. Allah swt telah membuat skenario yang sungguh luar biasa. Dia menuntunku kepada jawaban atas pertanyaanku: mau kemana langkahku setelah menyandang predikat dokter? Dan kini, insyaallah, aku yakin melangkahkan kakiku di dunia pendidikan khususnya pendidikan kedokteran. Helping others to help themselves.

Terimakasih dan penghormatanku kepada orangtuaku yang telah memberikan kepercayaan untukku dalam proses mencari jati diri, kepada suamiku yang selalu mendukung dan memberi doa dalam setiap langkah yang kupilih, kepada Bos yang telah memberi kesempatan untuk duduk di posisiku saat ini. Awal yang baik insyaallah akan berakhir dengan kebaikan pula, amin.

Senin, 10 November 2008

Sepenggal Cerita Saat Puting Beliung

Ketika bencana alam yang disebut Puting Beliung itu terjadi, saya sedang tidur nyenyak(karena takut) bersama putri saya yang berusia hampir 5 bulan, Maura. Siang itu saya memang pulang awal dari kantor karena keadaan kesehatan yang sedang terganggu oleh flu yang lumayan menyita energi saya. Maura saya jemput di rumah eyangnya kemudian langsung saya bawa pulang. Si kecil ini juga sedang flu, bahkan lebih dulu daripada saya. Sampai di rumah kami bermesraan dan bermain-main seperti biasa. Tiba-tiba saja angin bertiup kencang, bahkan sangat kencang. Mangga-mangga yang bergelayut pada pohon di halaman rumah jatuh terhempas angin; gedebuk! gedebug! gedebug! Gesekan daun-daun begitu berisik diterpa angin yang seperti sedang menunjukkan kemarahannya.

"hmm...ngeri sekali sih...semoga saja tidak ada puting beliung seperti tahun lalu..."

Saya sempat membatin seperti itu sampai akhirnya saya tertidur menyusul Maura yang angler kekenyangan dalam pelukan saya.

Jam 15.30 saya terbangun, hujan sudah turun entah sejak kapan. Ups hampir lupa ada janji dengan Mama untuk fitting pakaian di sebuah butik batik eksklusif. Akan ada acara peragaan busana yang memamerkan produk dari butik batik tersebut, dan karena kebetulan bersamaan dengan acara syawalan IDI/IIDI Yogyakarta, maka saya diminta untuk berpartisipasi menjadi peragawati dadakan.
Sampai di sana, ternyata sepi, tidak ada seorangpun yang hadir sesuai perjanjian untuk fitting. Nyonya cantik pemilik butik tersebut menjelaskan bahwa acara fitting ditunda karena baru saja terjadi puting beliung di kawasan UGM, dan kawasan tersebut porak poranda.

"haaa??? masyaallah...kok kejadian bener to?"

Saya masih saja susah untuk percaya. Rasanya ingin langsung melihat ke TKP tapi saya urungkan karena pastilah jalanan disana macet oleh pohon-pohon yang tumbang. Lama saya tercenung, saya percaya, sangat percaya semua hal yang terjadi adalah skenario Sang Khalik, termasuk terjadinya bencana tersebut. Tapi, apakah kepulangan awal saya dari kantor juga termasuk dalam skenario-Nya? Apa kira-kira yang terjadi apabila saya melakukan aktivitas kantor seperti biasa, pulang mengantar ASI perah Maura pada jam 12, kemudian kembali ke kantor sampai jam 16. Karena kebetulan hari naas itu adalah hari jumat, jadi jadwal pulangnya adalah jam 15, tepat ketika puting beliung menyapa.

Saya menghubungi salah seorang rekan satu kantor menanyakan keadaannya. Dia baik-baik saja, hanya masih bingung atas kejadian yang baru saja terjadi. Keadaan benar-benar kacau balau, semua orang panik dan ketakutan. Pohon-pohon besar banyak bertumbangan, nyaris menimpa orang, "untung hanya" menimpa kendaraan yang sebagian besar mobil. Kampus tempat saya bekerja juga lumayan menderita kerugian. Taman nyaman tempat favorit mahasiswa seakan menjadi gundul karena pohon peneduhnya tumbang, gedung kuliah lantai 4 dan 5 tak bisa dipakai karena mengalami kebocoran besar, dua ring basket besar yang penyangganya terbuat dari besi roboh dan beberapa kerusakan lain yang tidak begitu besar.

Area yang terhantam memang benar-benar kawasan UGM dan klimaksnya adalah Grha Sabha Pramana. Miris sekali melihat kekacauan yang terjadi lewat televisi. Lapak-lapak kaki lima hancur, berapa saja orang yang kehilangan pekerjaannya dan harus mulai dari awal lagi. Ada pertanyaan menggelitik dari suamiku atas kejadian ini.

"Dari seluruh universitas yang ada di Yogyakarta, kenapa UGM yang "terpilih" puting beliung ya?"

Yang pasti semua hal yang terjadi merupakan tanda kebesaran Allah swt bagi orang-orang yang berpikir. Dari kebetulan kecil bahwa aku "diselamatkan" dari kejadian itu sampai dengan mengapa UGM yang terpilih menjadi pelampiasan puting beliung, sungguh banyak hikmah yang dapat kita ambil. Apa hikmah itu dan bagaimana menyikapi terjadinya bencana tersebut tentunya kembali kepada individu masing-masing. Benar dan salah, baik dan buruk, itulah isi kehidupan, dan Allah swt selalu ada untuk memberi kabar gembira dan peringatan bagi yang Dia cintai.