Kamis, 17 September 2009

Maura mau punya adik???

Hahaha...
Rasanya masih tidak percaya kalau sekarang saya sudah hamil lagi. Usia kehamilan ini kira-kira sudah berjalan 8 minggu sedangkan Maura saat ini berusia 15 bulan dan masih menyusu. Dihitung-hitung saat adiknya lahir, Maura akan berusia 23 bulan!
Kalau sudah begini yang bisa dilakukan adalah bersyukur dan berpasrah pada Allah swt. Lagi-lagi rejeki anak diberikan saat Ramadhan, alhamdulillah... Berpasrah juga dengan laku urip saya selanjutnya. Anak kedua ini insyaallah akan lahir pada bulan Mei 2010, bertepatan dengan jadwal keberangkatan saya ke Maastricht, Belanda untuk memuai tahun dua dari program master yang sedang saya jalani. Kaget sekali saya saat tahu pertama kali bahwa ada kehidupan baru dalam rahim saya, beruntung suami bisa menenangkan dan menyarankan saya untuk tetap berpikir jernih dan positif. Saya segera mengirimkan surat elektronik kepada mentor saya, Danielle Verstegen, dan responnya datang begitu cepat. Dia mengucapkan selamat dan menginformasikan bahwa dia telah memberitahun Jan Van Dalen (direktur program) tentang masalah ini. Jan akan merapatkannya dan meminta saya untuk menunggu hasilnya (yang sampai saat ini belum saya dapatkan). Yang belum saya lakukan adalah memberi tahu teman-teman kantor tentang kehamilan ini. Saya tidak berani membayangkan reaksi mereka, karena sudah ada dua orang staf yang hamil saat ini dengan usia kandungan yang tidak beda jauh satu sama lain. Wah bisa kurang orang di kantor nanti saat hari kelahiran masing-masing tiba.
Lalu bagaimana dengan Maura? Tak sedikit yang menyarankan saya untuk menyapihnya demi janin dalam rahim ini. Tapi saya pikir Maura masih berhak atas ASI-nya. Setelah mencari beberapa literatur dan yakin pilihan saya tidak membahayakan, maka saya memutuskan untuk tidak berpuasa demi memberi ASI pada Maura serta nutrisi untuk adiknya. Saya sangat yakin bahwa Allah telah menyiapkan segala kemudahan dan kekuatan bagi saya dan suami untuk menjalani keputusan-Nya.
Senang rasanya segera bertemu dengan dr. Diah Rumekti Hadiati, Sp.OG (K) lagi setelah satu tahun tak bersua. Mungkin dia akan sedikit terkejut dan tertawa kecil melihat saya datang ke kliniknya bukan untuk ber-KB (seperti yang pernah dia sarankan) tapi untuk menjadi seorang wanita G2P1A0 he..he..he..

Kamis, 12 Maret 2009

Ada Mbak Esti di Rumah

Ada yang berbeda di rumah kami, sudah seminggu ini...


Ada Mbak Esti di Rumah

Siapakah Mbak Esti?

Mbak Esti adalah problem solving kami. Kehadirannya seperti dikirim dari Langit untuk menghilangkan 50% dari beban pikiranku, dan suamiku.

Jaman sekarang, sulitnya mencari asisten rumah tangga a.k.a pembantu sudah menjadi tren dalam gosip ibu-ibu. Masalahnya bukan hanya sulit mencari, tapi kalaupun ada kebanyakan mintanya macam-macam. Ada yang minta nominal gaji didepan, tanpa masa pecobaan; ada yang pakai syarat harus pakai mesin cuci, gagang pel, jam tidur sampai hari libur...ngek...
Ya...ya...memang jaman sudah sangat maju, jangan harap kita bisa mendapatkan asisten rumah tangga yang penuh dedikasi dan pengabdian seperti Mbok Nah, Mbak Yem, Yu Sam, Yu Nem, Bu Nur and whoever seperti 20 tahun yang lalu. Kita belum sampai ngomong, jreng..jreng..semua sudah disiapkan.

Kembali ke: Ada Mbak Esti di Rumah

Sejak asisten rumah tanggaku (ku, bukan kami; begitu kata suamiku) yang pertama resign dari pekerjaannya, tentu saja kami (aku dan suamiku) kembali berbagi mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tetapi, kali ini kami KEWALAHAN...KEWALAHAN!!!
Alasannya...karena ada bidadari mungil, cantik dan tak berdaya di rumah. Perawatannya diakui oleh dunia menguras cukup banyak waktu dan perhatianku. Well, akhirnya harus ada yang kalah, dan kekalahan itu menjadi sebuah masalah, dan sebuah masalah itu bisa menjadi satu per seribu penyebab ke-bete-an-ku dan suamiku terutama pas lagi sama-sama lelah atau sensitif.

Perlu diberitahukan bahwa yang kalah disini adalah kebersihan dan kerapian rumah, rumah dan isinya. Sebagai pasangan yang sama-sama bekerja, kami mencoba untuk membagi waktu dan membangun sistem agar rumah tetap terasa nyaman. Salah satunya adalah mengisi hari libur dengan membereskan rumah, wallaaaahhhhh...kalau begitu kapan beromantismenya??

So, kami akhirnya mencari dan mengumumkan kebutuhan kami terhadap asisten rumah tangga ini. Ada tawaran, ga jadi...ga jadi...dan ga jadi lagi...teruslah begitu sampai capek rasanya.
Tiba-tiba...asisten rumah tangga kakakku mendatangiku sambil mengajak seorang perempuan muda yang ternyata sedang butuh pekerjaan, dialah Mbak Esti.
Dari hasil wawancara, dia butuh pekerjaan untuk menabung guna membiayai anaknya masuk sekolah, TK di tahun ajaran baru nanti.
Setelah sepakat baik dari pekerjaan, jadwal kerja sampai gaji plus dispensasi-dispensasi akhirnya Mbak Esti resmi menjadi asisten rumah tanggaku. Alhamdulillah...

YES! Aku puas dengan pekerjaannya...tidak tergesa-gesa dan rapi...rumah kami selalu bersih...suamiku jadi sumringah setiap hari dan Bidadari mungil kami tetap mendapatkan porsi perhatian yang lebih. Mbak Esti, meski masih muda tapi attitude nya cukup baik sehingga aku nyaman memperkerjakannya.

Sekarang, aku tidak lagi mengernyitkan dahi kalau ingat rumah kami,

Ada Mbak Esti di Rumah!







Kamis, 12 Februari 2009

Aku, Diriku, Hatiku Hari Ini

Hari ini adalah hari keempat aku bekerja di departemen yang baru, di lantai 6 tentu saja masih di gedung dan kampus yang sama. Departemen yang menjadi pilihan hatiku, panggilan jiwaku. Hari ini aku memakai blus hijau biru tosca, dengan rok panjang motif Bali dan jilbab berwarna senada dengan blus. Aksesoris yang kupakai adalah bros berwarna senada dengan jilbab, jam tangan digital merk Casio dengan warna merah pada talinya dan tak lupa cincin di jari manis tangan kanan sebagai status bahwa aku telah menikah.

Hari ini aku terlambat masuk kantor karena dua hal, yaitu membuat pesanan jus dan harus mampir ke kantor Papa untuk meminjam beberapa buku berkaitan dengan proposal penelitian yang sedang aku kerjakan. Sampai di kantor sudah ada pekerjaan baru menantiku, Kepala Bagian memintaku untuk menggarap pembuatan video pelatihan tutorial, rencananya video lama akan direvisi dan akan ada satu video bertema baru yang akan dibuat. Siap!

Hari ini aku lagi-lagi sendirian di ruangan, yang terbagi menjadi 4 cubicle. Bekerja disini terasa sangat sepi karena semua orang bekerja dengan kesibukan masing-masing, jauh berbeda saat aku masih di kantor yang lama. Jadi aku harus bisa menikmati keadaan ini, toh aku senang bekerja disini. Sekitar jam 11, salah satu supporting staf menawarkan untuk memasang mesin printer di mejaku, karena aku harus keluar masuk ruangan untuk mencetak beberapa pekerjaan. Aku terima saja dengan suka cita, toh, tidak ada yang dirugikan karena mesin itu memang tidak dipakai oleh siapapun. Setelah melewati beberapa keanehan teknis akhirnya printer itu patuh juga untuk bekerja. Terimakasih...

Hari ini masih banyak yang kupikirkan seperti hari-hari belakangan, terutama sejak aku dinyatakan diterima program master di suatu universitas di Maastricht, Belanda. Aku sangat ingin pergi kesana bersama suami dan anakku, walaupun untuk itu kami harus mengurangi waktu tidur dan santai. Tapi masalah tidak hanya uang, tapi persiapan untuk pergi ternyata sangat banyak, mulai dari paspor sampai jenis koper yang akan dibawa. Dan selain usaha kami, semua kelancaran proses ini hanya bergantung pada Sang Khalik. Hati ini serasa meletup-letup, otak pun telah berputar sedemikian kencang, hanya kesabaran dan tawakal yang dapat menyeimbangkan kesehatan rohaniku, rohani kami.

Dan hari ini...aku telah mencuri sedikit waktu untuk memenuhi kebutuhanku menulis, eh.. mengetik di blog ini...